Kisah Eka Srimulyani; Profesor Termuda Perempuan UIN Tanpa Ijazah SMA
Jika ada seseorang
yang menjadi profesor tanpa pernah merasakan bangku Sekolah Menengah Atas, itu
adalah Eka Srimulyani. Dosen di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh,
yang kini menjadi profesor termuda di kampus itu.
Setelah tamat Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah Pertama di Nagan Raya, dosen yang akrab dipanggil Eka ini
langsung mengikuti ujian akselerasi untuk Sekolah Menengah Atas.
“Saya tidak begitu ingat karena
waktu itu masih kecil, ada yang bilang ikut tes, iya saya ikut dan
alhamdulillah lulus,” ujar Eka Srimulyani Rabu, 1 April 2015.
Setelah itu, pada 1992 Eka
lantas melanjutkan pendidikannya ke UIN Ar-Raniry (saat itu masih IAIN) dan
selesai pada 1996. Tahun 1998 ia mendapatkan program beasiswa S2 ke Universitas
Leiden, Belanda. Semangat belajarnya yang cukup tinggi membuatnya seolah tak
pernah puas. Tahun 2002, ia kembali mendapatkan beasiswa untuk program S3 dari
Australia Awards Schoolarship.
Pendidikan S3-nya ditempuh di
bidang International Studies di Institute for International Studies, University
of Technology, Sidney. Dari sejak berstatus mahasiswa di Australia, Eka sudah
aktif menulis karya ilmiah internasional yang diterbitkan dalam beberapa jurnal
dan buku dalam bentuk book chapter atau bab buku.
Begitu juga saat menjadi Ph.D
candidate atau calon doktor, ia sudah melakukan beberapa presentasi di
simposium, workshop dan seminar di Australia. Partisipasi aktifnya dalam dunia
penelitian mengantarkannya menjadi salah seorang finalis Australia Alumni Award
di bidang Riset dan Inovasi pada 2012 lalu.
Pulang dari Australia pada tahun
2006, ia kembali mengajar di UIN Ar-Raniry dan aktif di kegiatan akademik.
Selain itu ia juga terlibat dalam program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh
setelah tsunami.
Tahun 2008 Eka dipercaya menjadi
ketua jurusan di Fakultas Adab dan juga dipercayakan menjadi wakil kepala Pusat
Penelitian UIN Ar-Raniry. Tahun 2010, ia diangkat menjadi asisten direktur II
di program pascasarjana UIN Ar-Raniry.
Setelah tidak lagi menjabat di
program pascasarjana sejak 2013, ia lebih fokus pada penelitian dan publikasi.
Termasuk beberapa kegiatan penelitian yang dilakukan secara individu dan
kolaborasi. Saat ini ia aktif sebagai peneliti senior untuk penelitian
kolaboratif Universitas of Amsterdam dan International Centre for Aceh and
Indian Ocean Studies atau ICAIOS. Di ICAIOS, ia juga diamanahkan sebagai
sekretaris.
Di luar kegiatan akademik, ia juga menjadi salah seorang pendiri dan pembina PAUD FBA – Nizamiya, lembaga pendidikan anak usia dini yang berlokasi di Gampong Emperom, Lamteumen, Banda Aceh. [zr]
[Tulisan ini sudah dimuat di www.portalsatu.com]
Di luar kegiatan akademik, ia juga menjadi salah seorang pendiri dan pembina PAUD FBA – Nizamiya, lembaga pendidikan anak usia dini yang berlokasi di Gampong Emperom, Lamteumen, Banda Aceh. [zr]
[Tulisan ini sudah dimuat di www.portalsatu.com]
Komentar
Posting Komentar