Perjalanan Eka Srimulyani di Kota Berlambang Segel Agung


Menjadi profesor termuda di kampusnya diakui Eka Srimulyani menjadi beban tersendiri baginya. Ada rasa tidak nyaman di dalam dirinya manakala figur dan cerita tentang dirinya disampaikan secara luas ke publik.
“Rasa kurang nyaman, takutnya nanti dibilang ria, karena itu kalau dalam bahasa Aceh mungkin jadinya jampok, ” ujar dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh ini kepada portalsatu.com kemarin, Rabu, 1 April 2015.
Namun perasaan tersebut berhasil diatasinya karena semua pencapaiannya itu diniatkan untuk memotivasi dan menginspirasi orang lain, khususnya generasi muda dan perempuan Aceh. Keinginan untuk berbincang-bincang dengan Prof. Eka sebenarnya sudah sejak sebulan lalu. Tapi tertunda karena kegiatannya yang padat dan terbentu dengan jadwal kepergiannya ke Amerika Serikat.
Prof. Eka pun menceritakan sedikit pengalamannya saat presentasi di kegiatan simposium di Amerika. Ia mengakui, sebagai seseorang yang bukan alumni Amerika, kesempatan berinteraksi dengan dunia akademik di sana memberikan pengalaman tersendiri untuk pengayaan wawasannya.
“Ketika berinteraksi dengan mahasiswa luar negeri menjadi pengalaman tersendiri yang belum pernah didapatkan sebelumnya,” kata Eka tersenyum.
Di Amerika, selain presentasi di symposium Universitas Wesleyan Connecticut dan diskusi panel di salah satu college di Boston,  dirinya juga sempat  diajak ikut mengajar dalam satu tatap muka dengan mahasiswa S3  Universitas Minnesota di Minneapolis.
“Saat itu banyak diskusi dan pertanyaan kritis, namun semua itu menjadi pengalaman yang berharga bagi saya,” katanya.
Istri dari Wardana yang bertugas di Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh ini meyakini, apa yang diraihnya saat ini tidak mungkin terwujud tanpa jasa dari kedua orangtua dan keluarga, serta suami dan anak-anak tercinta.
“Tidak mudah untuk meraih impian tanpa dukungan yang luar biasa dari keluarga, semangat dan kebahagiaan dari mereka menjadi penyemangat yang tiada tara bagi saya,” kata ibu dari dua orang anak ini.
Ia juga mengatakan semua apa yang telah dilaluinya terkesan indah jika diceritakan sekarang. Tapi proses meraihnya sungguh berliku, penuh tantangan, banyak suka duka dan air mata.
“Hal ini adalah proses yang wajar dan berlaku umum untuk semua individu, tergantung kemudian bagaimana kita menyikapinya dan tetap istiqamah dengan apa yang diperjuangkan,” kata perempuan asal Nagan Raya ini.
Eka Srimulyani juga tak henti-hentinya bersyukur atas semua anugerah yang telah dicapainya ini. Ia juga menyampaikan terimakasihnya kepada semua guru-gurunya.

“Saya juga bersyukur memiliki teman-teman dan lingkungan kerja yang sangat  sportif selama ini, mudah-mudahan ini menjadi inspirasi dan motivasi bagi yang lainnya, khususnya perempuan-perempuan Aceh masa kini,” katanya.[zr]

[Tulisan ini sudah dimuat di www.portalsatu.com]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dekorasi Unik Pekan Kreatif Banda Aceh

Mengenal Dayah Gurah Peukan Bada

Masjid Jamik Unsyiah Kebanggaan Mahasiswa