Terpesona! Panorama Pantai Lhokseudu

Jambo di Cafe Ujoeng Glee
Melintasi Jalan Banda Aceh-Calang, di kilometer 28, tepatnya di Kecamatan Leupung terlihat pemandangan Lhokseudu begitu menggiurkan. Panorama pantainya yang indah menjadikan Lhokseudu sebagai salah satu destinasi wisata yang patut dikunjungi. 

Pamflet bertuliskan Café Ujoeng Gle terpajang di kanan jalan. Menelusuri jalan itu menemukan tanjakan naik menuju puncak bukit tempat café berada. Café  ini memiliki 17 pondok beratapkan daun rumbia sebagai tempat bersantai dan bersantap. Sambil menikmati hidangan, pengunjung bisa menikmati suguhan pemandangan berupa air laut nan biru dan angin sepoi-sepoi.

Café Ujoeng Glee menyediakan aneka hidangan seperti ikan bakar, indomie dan makanan ringan lainnya. Ikan bakarnya sangat spesial karena berasal dari ikan segar yang ditangkap dari laut Lhokseudu berupa ikan kakap dan rambeu. Harga ikan sesuai ukuran ikan itu sendiri, berkisar antara Rp 60-90 ribu per-ekornya. Harga ini sudah komplit dengan nasi putih.

Café ini dibuka mulai Sabtu hingga Kamis, pada hari Jumat sengaja tidak dibuka. Ini salah satu kebiasaan orang pesisir, di mana mereka biasanya tidak melaut pada hari Jumat.

“Buka nya mulai dari Senin sampai Kamis, Sabtu dan Minggu. Kalau hari Jumat memang tutup,” kata Zulkifli, pria paruh baya salah satu karyawan di sana, Sabtu, 8 Oktober 2016.
Pemandangan Pantai Lhokseudu

Tempat yang dibuka mulai pukul 09.00 – 22.00 WIB ini bisa menjadi pilihan bagi Anda dan keluarga untuk berakhir pekan. Sesekali tak ada salahnya memanjakan diri sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan menikmati hidangan ikan bakar yang lezat.

Tak heran jika anak sekolahan, para mahasiswa, kalangan kantoran, rombongan keluarga, dan pasangan memilih Lhoksedu sebagai tempat wisata yang mereka kunjungi. Tempat yang memiliki udara segar tanpa polusi ini memang menarik perhatian pengunjung.

Menurut Zulkifli, pengunjung umumnya ramai mulai pukul dua siang, khususnya pada hari Sabtu dan Minggu. “Pengunjung bukan hanya warga Banda Aceh dan Aceh Besar aja. Ada juga pengunjung dari luar negeri. Seperti dari Australia dan Malaysia. Akhir-akhir ini ramai pengunjung dari Malaysia,” ujar Zulkifli.

Disana, dulunya ada jembatan terbuat dari kayu yang bermuara ke laut. Namun sayangnya jembatan tersebut kini telah roboh akibat terpaan air laut yang lambat laun berkarat.
Syahdunya angin seupoi-seupoi

“Jembatan saat itu sudah dipindahkan karena sudah rusak. Ini lagi proses akan di rancang ulang,” katanya.

Jika Anda penyuka matahari tenggelam, café ini juga menjadi tempat yang cocok untuk mengantar sang surya pulang ke ufuk barat. Ketika matahari perlahan tenggelam di balik dua gunung Lhokseudu, pasti akan menjadi momen paling berkesan bagi Anda. [zr]

[Tulisan ini sudah dimuat di www.mediaaceh.co]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dekorasi Unik Pekan Kreatif Banda Aceh

Mengenal Dayah Gurah Peukan Bada

Masjid Jamik Unsyiah Kebanggaan Mahasiswa