Leuser Milik Siapa?
Aceh
salah satu daerah yang memiliki kawasan hutan leuser atau disebut Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL). Adanya TNGL menjadikan Aceh terlihat berbeda dengan
daerah lain, panorama alam Aceh begitu asri dan indah. Sayangnya, lingkungan
ini tak begitu dilirik, baik pemerintah maupun masyarakat tertentu. Hingga kini kondisi
miris yang menjadikan TNGL terancam punah.
Pada
Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) sejuta isi didalamnya berupa Flora dan Fauna. KEL
merupakan habitat dari berbagai jenis mamalia, burung, reptile, amphibi, ikan
dan invertebrata. Untuk jenis mamalia TNGL memiliki 130 jenis mamalia atau
seperempat dari seluruh jumlah jenis mamalia yang ada di Indonesia.
Diantaranya
yang paling menonjol adalah Orang Utan Sumatera, Siamang dan Kera. Selain itu,
juga terdapat jenis satwa carnivora seperti Macan, Beruang, Harimau Sumatera
serta jenis satwa herbivora seperti Gajah, Badak Sumatera, dan Rusa.
Tak
bisa dielakkan, KEL memiliki berbagai ancaman yang datang dari luar. Ancaman
bagi keanekaragaman hayati di KEL berupa konversi lahan untuk pertanian, baik
milik negara maupun milik masyarakat. Juga tak sedikit terjadinya illegal logging, pembukaan jalan,
perburuan satwa dan penangkapan ikan dengan menggunakan sengatan listrik.
Sangat ironi.
Di
Aceh, terdapat empat wilayah konsen Leuser, diantaranya Aceh Barat Daya, Aceh
Tengah, Gayo Lues dan Aceh Selatan. Selaku masyarakat Aceh, kita harus bergerak
untuk melindungi TNGL ini. Memang tak bisa berangan terlalu jauh, karena bicara
Leuser bukan hanya milik Aceh, melainkan milik Indonesia bahkan dunia.
Dalam
hal ini, bermula dari diri sendiri adalah hal utama. Meskipun dengan langkah
kecil tetaplah bergerak. Bukti kita peduli dan ingin melindungi lingkungan,
lebih baik merangkak dari pada tidak bergerak sama sekali.
Renungkan,
kita selaku manusia patut berterimakasih pada alam. Jika kita enggan memikirkan
alam, lalu bisa menjamin kedepan bisa menghirup udara bersih dalam keadaan baik-baik
saja? Sangat jelas seperti yang tertera dalam Alquran Surat Ar-Rum Ayat 41
yakni “Telah tampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar
mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke
jalan yang benar.”
Barangkali
Allah ingin menguji apakah manusia bisa menjaga atas ciptaan yang telah
dititipkan-Nya. Semoga pemilik tangan-tangan jail segera disadarkan. Semoga !
[zr]
Komentar
Posting Komentar