Muammar Ridwan, Your Is The Best !

KOMUNIKASI lewat telepon sudah beberapa kali kami lakukan, namun baru kali ini aku membuat janji berjumpa dengannya, meskipun janji berjumpa juga sempat tertunda, karena remaja ajaib yang ingin kutemui itu sedang bersilaturrahmi pada camp Rohingya di Langsa. Namun hal itu bukan menjadi  masalah, tetap dipertemukan dengannya oleh Allah SWT sudah bahagianya mewakili dunia. Hehehe.

Waahhh menulis tentang adik ini mungkin sudah keberapa kalinya, namun berbeda dengan tulisan kali ini, sebelumnya kutulis karena tugas aku sebagai profesi namun ini rasanya akan berbeda karena bumbu yang diracik pun juga berbeda :D. Bagiku menulis tentangnya mungkin tidak akan habisnya, ia adalah inspirator bagiku sendiri.


Siang itu, aku masih berada di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh karena suatu urusan dan lain hal, janjinya setelah zuhur aku akan berjumpa dengan sosok inspiratif yang ku tunggu beberapa hari ini. Usai salat aku mulai melaju dengan my sekuter ke salah satu masjid jaraknya sedikit jauh dari masjid raya.

Tiba dilampu merah telepon selulerku berdering, saat ingin ku ambil lampu hijau mulai menampakkan dirinya terpaksa gagal, di sela-sela suara gemuruh angin yang ditambah suara sekuter yang begitu heboh sekarang ini terdengar hp ku entah keberapa kalinya sudah berdering. Aku berhenti, ku lihat ada empat panggilan tak terjawab dan satu pesan masuk. Bisa ditebak itu adalah adik yang ingin aku temui.

Ia menelpon dan mengirim pesan singkat, “Kakak sudah dimana? Sudah di masjid kakak?”, tulisnya. Kulihat jarum jam sudah menunjukkan angka dua, kusempatkan membalas pesannya dengan bahasa singkatnya otewe, hehe.

Aku melanjutkan perjalananan dan sampailah pada gerbang sebuah masjid yang bertuliskan Masjid Syuhada Lamgugob Banda Aceh dengan warna keemasan. Ku parkir kendaraan dibawah pohon besar ditambah angin yang begitu seupoi-seupoi membuat siapa saja yang berleha di masjid itu tertidur.

Pada pelataran masjid terlihat bapak-bapak sedang nangkring bersantai di beberapa bagian masjid, mata aku celengukan dan menyebar pandangan mencari adik yang kusebut jenius itu. lantas sesaat kemudian suara tone hp ku berbunyi lagi, pertanda adik itu juga sudah berada di masjid yang sama.

Aku mengayunkan langkah ke teras masjid bagian depan, sambil aku menunggu sesaat aku membaca mading masjid, salah satu kebiasaan setiap ada tulisan pasti aku baca, meskipun kadang-kadang yang aku baca informasi sebulan yang lalu bahkan punya tahun lalu. Inilah aku terlalu kepo mungkin dan basic aku anak Komunikasi, jadi selain banyak ngomong juga harus banyak membaca.

Saat aku lagi membaca mading tersebut terdengar suara panggilan yang menyebut nama aku, “Kak Zahra !,” spontan aku berbalik dan sambil mengumbarkan senyum padanya. Aku masih melihat ke arahnya dan memperhatikannya serta mendeskripsikan awal berjumpa dengannya. Pemilik tinggi badan 162 ini mengenakan baju kotak-kotak warna merah plus peci hitam dikepalanya, alisnya tersambung, memiliki gigi yang rapi dan manis terkadang saat ia senyum juga terdapat lesung pipi. Parasnya sangat bersahaja dan supel dan ia juga sangat ramah.

“Dimana kita duduk kak?,” ia memecahkan kefokusan aku, hahaha lalu ia langsung menunjukkan tempat duduk di bawah rumah Allah yang indah berlapisan cat putih dan kombinasi hijau dengan emas itu. Pertama aku kagum sama masjidnya yang begitu indah siang itu, bersih dan asri sekali. Kedua aku kagum sama remaja yang sekarang berada di depan aku ini.

Namanya Muammar Ridwan sering ku sapa dek Ridwan namun karena kebiasaan dan keseringan ngomong jadinya Iwan saja. Kami mulai membuka obrolan disiang garang itu dengan menceritakan pengalamannya saat mengunjungi basecamp Rohingya, tak lama ia mengeluarkan kamera pocketnya dari dalam tas. Kamera merah berbentuk mungil itu tersimpan berbagai foto dan video milik Iwan.

Keceriaan dan kebahagiaannya tersirat dari pancaran raut wajahnya dan ia menceritakan pengalaman itu satu persatu sembari menunjukkan beberapa foto selama disana. Saat ia bercerita banyak hal yang mebuat aku ketawa lepas karena tingkah laku Rohingya yang begitu kacau dan lugu. Kwkwkwkw

Kami juga saling ta’aruf dan mengenal satu sama lain, dengan menceritakan sedikit latar belakang masing-masing. Lanjut cerita, kami beralih pada kemampuan linguistiknya yang mampu berkomunikasi fasih dalam 18 bahasa sekaligus, Wow emejing bukan? Plus dia juga penghafal Alquran, Subhanallah semoga ia adalah salah satu hamba-Nya bagaikan Bilal yang dirindukan syurga Amin.

Adapun bahasa yang dikuasainya adalah Bahasa Arab, Inggris, Jepang, Mandarin, Korea, dan Jerman. Selain itu juga Bahasa Belanda, Swedia, Virlandia, Prancis, Italia, Spanyol, Portugis Turki, Bulgaria, Rusia dan Thailand. Kemampuannya yang menguasai lebih dari sepuluh bahasa itu tak membuatnya besar kepala melainkan ia sama dengan remaja lain seusia dengannya.

Diusia yang belia itu, remaja kelahiran Alue Bilie, Nagan Raya 25 April 1997 ini memiliki banyak pengalaman yang telah dilaluinya. Baik semasa di almamater pada MTsN Nuruh Falah Meulaboh maupun di Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar dan pengalaman saat ia liburan produktif ke Sabang Island.

Selama berada di Banda Aceh ia dipertemukan Allah dengan beberapa warga asing yang masuk ke Aceh dan itu merupakan kesempatan bagi Iwan sebagai tempat melatih mentalnya. Maklum jika dirumah ia hanya berkomunikasi dengan cermin, karena kemampuan yang ia punya tidak semua orang mampu.

Sekali dua kali ia bertemu orang asing dan membawa manfaat baginya, selain melatih kelancaran linguistiknya ia juga mendapat income untuk membeli buku sebagai penunjang kemampuannya itu. Pernah suatu ketika ceritanya, ia bertemu dengan orang Perancis disebuah masjid, ia mulai berkomunikasi dengannya namun orang Perancis tersebut berbicaranya ‘sekayak’ kumur-kumur yang membuat Iwan tak paham. Namun lambat laun Iwan memahami apa yang dimaksud dan Iwan mendapat inspirasi dari orang Perancis tersebut.

Dulu katanya, sebelum orang Perancis itu memeluk agama Islam ia tidak akan masuk islam karena orang muslim. Mendengar kalimat itu membuat Iwan terhenyak dan bertanya. “Emangnya kenapa?,” Orang Perancis itu menjawab karena orang muslim jorok. Hhhhhh? Iwan bagaikan kesambar petir.

Ia melanjutkan, bahwa ia masuk Islam karena melihat pendetanya menulis Alquran dengan tangannya sendiri, lalu ia menemui sebuah ayat yang terdpaat dalam Alquran suarat Al Baqarah ayat 79 yang artinya ‘Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri) kemudian berkata, “Ini dari Allah ,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka karena tulisan tangan mereka dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat’. Hari itu Iwan membacakan penggalan surat Al Baqarah tersebut.

Lantas karena bunyi surat itu orang Perancis ini masuk Islam, dan ini menjadi PR besar bagi Iwan juga kita semua selaku ummat muslim. Yaitu mengubah mindset dan pola pikir nonmuslim terhadap orang muslim yang jorok. Kita harus mengubah jika seseorang tersebut cantik dan bersih itu adalah orang Islam, jangan sampai kendati demikian muslim dikatakan jorok.

Iwan mencontohkan pada orang peminta-minta misalnya. Orang muslim tidak malu dan jorok, katanya Islam adalah agama yang baik tetapi mengapa masih ada orang muslim yang sejorok itu? dan inilah tugas yang harus kita emban bersama dan ini pekerjaan rumah besar bagi kita semua ummat islam.

Beralih kecerita selanjutnya, tentang keluarga Iwan. Ia anak ketiga dari lima bersaudara. Keluarganya hanya memiliki satu anak perempuan yaitu kakaknya bernama Hasnina. Kakak yang akrab disapa Kak Nina itu sebentar lagi akan menamatkan kuliahnya di TEN UIN AR-Raniry Banda Aceh, adik laki-laki nya tahun ini masuk MTsN dan yang paling kecil masih menduduki bangku sekolah Taman Kanak-Kanak.

Tak terasa, waktu sangat cepat berjalan, jarum jam menunjukkan angka empat, suara mengaji di masjid mulai dialunkan pertanda waktu salat ashar dan kami pun menyudahi obrolan siang itu. sampai jumpa kembali Iwan, baik di Banda Aceh, di Nagan Raya, di Qatar, di Rusia, di Mekkah, di Madinah serta di Masjidil Haram, Masjidil Aqsa dan Masjid Nabawi. Satu lagi, kakak doakan semua keinginan dan cita-citamu tercapai kemudian hari dan dipermudahkan Allah SWT dalam segala urusan, dan selamat dunia wal akhirat, Aminn. [zr]



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dekorasi Unik Pekan Kreatif Banda Aceh

Mengenal Dayah Gurah Peukan Bada

Masjid Jamik Unsyiah Kebanggaan Mahasiswa