Saleum Sa Limoeng Sa
Kaloen-Kaloen
Nanggroe. Mungkin itu pameo yang disematkan untuk anonim singkatan KKN. Dimana arti
sebenarnya adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang harus dijalani bagi setiap
mahasiswa semester akhir untuk persyaratan menyusun skripsi dan lulus sarjana.
Tahun
2015 adalah KKN periode IX yang dilaksanakan oleh Badan Pelaksana (Bapel) KNN
dibawah naungan rektor pada setiap Universitas. KKN adalah kegiatan
ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa yang akan
menyandang sarjana.
Awalnya
setiap mahasiwa harus mendaftar KKN pada web kkn.unsyiah.ac.id lalu pihak Bapel
yang akan menentukan kelompok dan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) untuk
tiap-tiap kelompok yang akan ditugaskan pada tiap-tiap gampoeng.
Sebelum
terjun ke lokasi KKN terlebih dahulu setiap mahasiwa wajib mengikuti pembekalan
KKN. Pembekalan merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk lulus atau
tidak. Nah, disinilah asal mulanya kami mengenal satu sama lainnya.
Aku,
tercatat dalam kelompok P151. P diartikan untuk ditempatkan di daerah Pidie dan
151 atau kita sebut saja Sa Limoeng Sa kode kelompok aku. Saat itu pula kata ‘aku’
berubah menjadi ‘kami’.
Dalam
kelompok Sa Limoeng Sa kami terdiri dari tujuh mahasiwa dan mahasiswi, dimana
Nopriandi Mirza sebagai ketua, Desmiati Sekretaris, Khairunnisa Bendahara dan
lainnya sebagai anggota, yaitu Oriza Sativa, Mellita Aprila, Lounard Syaulan
Sahletua dan aku Zahratil Ainiah.
Saat
mengikuti pembekalan selama enam kali pertemuan kami bertemu diruang Flamboyan
AAC Dayan Dawood. Mulanya saat keluar pengumuman pembentukan kelompok satupun
dari anggota kelompok kami tidak ada yang menghubungi satu sama lain bahkan
cari tahu nomor kontak dan sosial media. Dimana kelompok lain saat itu sudah
menemukan kawan-kawan sekelompoknya. Ternyata hari pertama pembekalan kami
terkesan kelompok yang ‘gila’ diantara lainnya.
Selama
masa pembekalan pula kami saling mengenal satu sama lain dan mulai menyesuaikan
diri. Dikarenakan kami bertujuh digabungkan menjadi satu kelompok dari berbagai
disiplin ilmu. Berikut ku perkenalkan anggota kelompok kami dan sedikit tipikal
mereka yang sudah kukenal selama beberapa pekan terkahir ini.
Diawali
dari ketua, Nopriandi Mirza, kami biasa menyapanya pak ketua atau bang Nopri,
dikarenakan ia adalah senior kami jika dilihat secara formalnya. Ia letting 2011
yang tercatat pada jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan sejak empat tahun yang
lalu. Namun dalam KKN tidak ada istilah senior junior, pada dasarnya semua
sama.
Bang
Nopri berasal dari Takengon. Orangnya pendiam dan berbicara disaat
penting-penting saja. Bahkan mereka sering menyebutnya perkataan bang Nopri
adalah emas karena jarang berbicara. Kalau kami semua barangkali bisa disebut
perak. :D Salah satu kekuranganya adalah ia tidak bisa berdialeg dalam bahasa
Aceh karena daerah asalnya tersebut dari Aceh Tengah yang dominan menggunakan
bahasa Gayo dan Bahasa Indonesia.
Selanjutnya
Desmiati, ibu sekretaris. Ia tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Ekonomi Manajemen
pada 2012 silam. Ia kerap kami sapa Desi, ia yang mengurus berkas, persyaratan
dan jadwal bertemu dengan DPL. Desi berasal dari Bireun. Dara kelahiran kota
juang ini yang mengurus bagian kesektariatan dalam Sa Limoeng Sa. Anaknya baik,
ramah, sopan dan santun serta berkacamata.
Giliran
bendahara, Khairunnisa, mahasiswi yang sedang mengambil konsentrasi ilmu di
Fakultals Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Fisika Unsyiah yang kami sematkan
nama untuknya Nisa. Dara hitam manis kelahiran Lhokseumawe ini memiliki suara
yang khas akan kelembutannya. Nisa dipercayakan sebagai penanggung jawab bagian
dana. Lapar atau kenyang kami nantinya tergantung Nisa hadir apa tidak. Hehehe
Nah
selain itu adalah anggota yang ribut, gokil, dan asiknya setengah ‘gila’. Salah
satunya adalah Oriza yang kami sapa Oja. Dara hitam manis ini bergelut dibidang
Kedokteran Unsyiah angkatan 2012. Nah jika salah satu anggota kelompok kami yang
sakit, Oja lah yang menjadi dokter disaat KKN nanti. Oja anaknya super asik dan
aksinya tersebut terkadang membuat yang lainnya tertawa. Kelebihan mahasiswi
yang jago bernyanyi bahasa Inggris ini adalah menyambungkan kata. Setiap kata yang dilontarkan oleh teman-teman lainnya
selalu ia menjadikannya sebuah lagu dan menciptakan lirik baru. Terkadang ada
yang menyebutnya seperti Saiful Jamil pandai menyambungkan kata-kata. Tak jarang
pun kata yang diucapkan Oja bernuansa romantis meskipun terkadang alay. ‘Peace
Oja’.
Selanjutnya
Mellita, mahasiswi Teknik Sipil angkatan 2012 ini adalah tipikal orang yang sedikit
berbicara. Namun sekali berbicara langsung ‘ngena’ apalagi nge bully untuk Lonar. Mellita adalah satu-satunya anggota keluarga
yang layak dijadikan tempat sandaran dengan tipikal diamnya itu. Cieeeee
Kali
ini kita akan menulis sekelumit kisah Lonar. Laki-laki setengah ‘edan’ yang
berada di keluarag Sa Limoeng Sa. Dilihat dari nama lengkapnya Lounard Syaulan
Sahelatua bukan berarti ia tua. Melainkan
nama itu marga dari keluarganya. Pria kelahiran Sabang ini adalah pelawak, ice breaker atau pemecah kebekuan dan
keheningan ditengah-tengah Sa Limoeng Sa. Namun ia juga menjadi objek sasaran
bully Oja dan kami semua. Hal yang diutarakan Lonar kebanyakan bersifat humoris
tingkat tinggi, sampai kucing kawin, salam embek, dan kangen ketemu sapi pun
dialami olehnya.
Serta
sebelum melakukan survei ia sempat menyalonkan diri sebagai ‘menantu’ geuchik gampoeng
setempat meskipun ketika survei, jangankan orang, bayangan anak geuchik pun tak
nampak. Namun hal-hal yang disampaikan Lonar hanya sebatas canda gurau semata.
Lonar
adalah satu-satunya pria yang banyak berbicara dibandingkan bang Nopri. Keduanya
adalah perokok yang sama sekali tidak disukai oleh kaum minoritas (perempuan). Namun
mereka juga dapat menghargai hak kami sebagai mayoritas.
Keberadaan
Lonar ditengah-tengah kami adalah penghilang stress dan selalu tertawa. Lonar memang
tipikal anak yang humoris tinggi dan ia juga mengakuinya anak ‘posko’ dan ketua
himpunan saat kami tidak menanyakan akan jabatannya. Peace Lonar :D. Kami
mengakui akan kesabaran Lonar. Meskipun ia sering dibully sama kawan-kawan perempuan
lainnya ia berlagak tetap sabar, diam atau tidur.
Namun
disinilah kami berawal membentuk sebuah keluarga Sa Limoeng Sa dan menciptakan Ukhuwah
Islamiyah serta saling menghargai dan menghormati satu sama lainnya. Pepatah yang
kami sering ucapkan, “Ketika sakit kita rasakan bersama, begitupun dikala sehat,
susah dan senang sama-sama. Lonar susah kami senang”. :p
Namun
tak akan tertinggalkan Ayahanda kami tercinta bapak Hasanuddin, S. Pt, M. Si
selaku DPL kami yang hari pertama pertemuan memberikan kesan yang indah dan sangat
bijak serta berwibawa dalam mengayomi kami sebagai anak-anak didiknya. Beliau salah
satu dosen di Fakultas Pertanian Unsyiah, beliau dikenal dengan akhlak mulianya
itu. Kerja langsung dan turun tangan serta berpartisipasi aktif layaknya
seorang ayah beliau adalah ciri-ciri orang yang bekerja secara ikhlas.
Terimakasih bapak, semoga kita selalu diberikan kemudahan dalam setiap urusan
dan keridhaan-Nya.
Sabtu, 13 Juni 2015, Survei Perdana
Hari
ini, tepatnya Sabtu, 13 Juni 2015 kami melakukan survei ke daerah yang telah
ditentukan oleh Bapel, yaitu Gampoeng Lamkuta Kecamatan Pidie. Sesuai kesepakatan
bersama kami berangkat survei hari sabtu pukul 07.00 WIB sudah berada dilokasi
pertemuan. Alhamdulillah mulai dari pemberangkatan hingga sampai tujuan kami
selamat dengan ridha-Nya Allah SWT.
Namun
hal yang tidak enak dan kesan dihari pertama adalah yang tidak diinginkan oleh
semua orang. Aku, iya aku pada hari pertama tersebut disematkan ‘Keringat
Dingin’. Awal mulanya hanya gara-gara aku tidak sarapan pagi sehingga membuat
aku selama perjalanan tidak nyaman dan sedikit ‘mengeruhkan’ suasana sehingga
beberapa kali meminta sopir untuk berhenti perjalanan.
Syukur
sopir bernama Aidil kawannya Bang Nopri ini juga baik dan tidak terkesan sombong
atau bangsa-bangsa yang se-spesies dengannya. Meskipun terkadang sok jual mahal
dengan kawan-kawan perempuan lainnya yang sempat ‘ngerayu’ nya dengan Permen
Cinta (Penta). ‘Peace Oja n Nisa’. Mungkin jiwa mudanya hampir ‘selabil’ dengan
kami. Pria asal Sabang ini juga satu angkatan dengan pak ketua kami.
Selama
perjalanan pergi aku mual, pening, bahkan karuan tak jelas dan bersandar sana
sini tak nyaman. Suatu kondisi yang tidak ada solusi selain mengeluarkannya dan
kata dokter muda Oja untuk mensugestikan diri baik-baik saja karena tidak ada
hal yang harus kulakukan dengan gejala yang kualami ini.
Berkali-kali
berhenti tak membuat ku nyaman sehingga terpaksa aku harus makan diwarung
pinggir jalan untuk mengisi wilayah Aceh Tengah supaya aman dan nyaman. Usai makan
aku minum Antimo dan saat berangkat kembali aku mulai membaik setelah tidur
beberapa menit meskipun tingkah tidak karuan dan wajah pucat pasi terlihat dari
wajahku.
Alhamdulillah
tertidur atas pangkuan Nisa dan tau-taunya saat terbangun sudah sampai ditempat
tujuan. Lamkuta nama desanya. Kami disambut hangat oleh pak geuchik setempat
bernama Tgk. Bachtiar.
Usai
diantar dan penyerahan oleh DPL lebih kurang lima belas menit lalu kami
melanjutkan menggali informasi bersama Tgk Bachtiar. Ia bersama bendahara desa
dan menyuguhkan kami minuman pelepas dahaga. Usai bincang-bincang panjang lebar
kami beranjak ke Meunasah Lamkuta dan shalat Zuhur. Usai shalat kami
mengelilingi gampoeng tersebut sampai ke Tutu Ayon atau jembatan gantung bercat
kuning. Setelah sejarah Lamkuta kami ketahui, potensi gampoeng dan lain
sebagainya kami pamitan pulang dan sampai jumpa Agustus nanti pak geuchik,
Assalamu’alaikum.
Nah,
kali ini kami makan siang di Pidie, di rumah makan Aree Jaya, dan kawan-kawan
ku mengingat rumah makan ini dengan sebutan ‘Rumah Makan Bebek Keras’. Baru pertama
kali ketempat orang sudah menyematkan nama disana. Namun memang daging bebek
yang dimakan mereka sangat keras mungkin bebeknya sudah tua kali. Hahaha.
Kami
melanjutkan perjalan pulang dengan suasana riuh tak tertahankan didalam mobil
Avanza warna hitam yang ditempel angka empat sebagai nomor punggungnya, biar
tidak hilang dan nyasar. Kwkwkw.
Seharian
penuh hari ini kami seatap dalam mobil tersebut dan suasana didalam subhanallah
seperti kapal pecah, dibelakang dengan muatan tiga yang berdesak-desakan
bersama Lonar, raja humor dan ditengah tiga, serta di depan bang Aidil dan bang
Nopri.
Suasana
ribut hanya sesaat sebelum rekan-rekan semuanya tepar. Dapat dilihat anggota Sa
Limoeng Sa bisa terdiam saat tidur dan makan, kalau saat lainnya Subhanallah !
:D
Perjalanan
pergi pulang hanya Mellita, bang Nopri dan sopir yang tidak tertidur. Lainnya
sedang bermain ke pulau kapuk semua. Pukul 16.30 WIB kami tiba di Masjid
Seulimum shalat asar lalu melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh dan tiba pukul
18.00 WIB dengan selamat. Setiap anggota Sa Limoeng Sa kembali ke kediamannya
masing-masing beriringan mengantarkan sang surya terbenam diufuknya.
Terimakasih semuanya untuk hari ini. Kita mulai merajut keluarga Sa Limoeng Sa
disini. Semoga kebersamaan dan tali persaudaraan ini dapat menciptakan Ukhuwah
Sejati. Assalamu’alaikum dari Leupung
Tertanda
Sa Limoeng Sa Kakaen. [Zr]
Komentar
Posting Komentar