Desy Husnun Zikra: Potret Mahasiswi Pebisnis
Gadis kelahiran Lhokseumawe, 28 Juni 1995 ini bernama Desy Husnun
Zikra. Dara yang disapa Desy ini tercatat sebagai mahasiswi semester
enam di Ilmu Komunikasi FISIP Unsyiah.
Selain aktif kuliah, Desy memanfaatkan teknologi yang berkembang di era sekarang ini untuk berbisnis dengan menjual tas dan pernak-pernik perempuan secara online, baik di kalangan kawan kampusnya maupun kawan tempat tinggalnya.
Anak dari pasangan Drs. Ampuh Devayan dengan Dra. Syamsiah ini juga suka membuat kerajinan tangan atau handmade seprti bros, gelang, kalung, gantungan kunci dan assesori lainnya. Terlebih ayahnya sekarang yang tidak bekerja lagi karena mengalami kelumpuhan.
“Tetapi sebelumnya beliau wartawan senior Serambi Indonesia. Sementara mama Desy seorang guru,” katanya.
Desy memang memiliki bakat membuat kerajinan tangan seperti ini sejak masa SMP. Awalnya ia membuat bros dari kertas binder bergambar kemudian dilaminating. “Itu niatnya pertama untuk ditempelkan di tas dan tidak niat untuk dijual, tetapi ramai yang minta beli ya udah deh dibuat untuk dijual,” kata anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Ia mengatakan hasil dari pembuatan bros tersebut bisa untuk nambah uang jajan. Karena sudah kebiasaan, hal ini berlanjut lagi saat menduduki bangku SMA dengan membuat kalung dan gelang. Harga hasil buatannya itu dijual sekitar Rp 7 ribu hingga Rp 25 ribu. Menurutnya ini harga yang cocok di kantong remaja dan mahasiswa.
Karena banyak peminat, hobinya membuat kerajinan tangan berlanjut sampai di bangku kuliah.
“Waktu kuliah masih berlanjut dengan bikin gelang dan bros handmade, tetapi sekarang sudah berhenti karena tidak ada waktu luang lagi. Jadi, sekarang cuma aktif di online shop jualan tas saja,” tutur mahasiswi yang suka membaca novel itu.
Dulu katanya, waktu buat handmade ia menerima orderan, setelah semuanya ready ia kabarkan dan terkadang juga diantar jika ada waktu luang. Namun tak jarang pemesannya tiba-tiba menghilang dan tidak bertanggung jawab.
“Untung aja barang yg dibuat itu laku ke orang lain walaupun butuh waktu lama. Jadinya sekarang Desy lebih milih jualan tas di Instagram aja, hasilnya lumayan dan tidak mengeluarkan modal yang besar, karena sistemnya transfer, dan manajemennya lebih tertata,” kata penyandang IPK 3,59 ini.
Penghasilan yang ia peroleh lumayan untuk menutupi uang jajan dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Selama sebulan keuntungan yang diperoleh naik turun tergantung gencar atau tidaknya Desy mempromosikan.
Selain membuat kerajian tangan seperti itu, rutinitas sehari-hari biasanya kuliah dan les. “Kebetulan bulan puasa sudah libur jadinya kalau di rumah paling urus orderan aja,” ujarnya.
Ia mengakui, biasanya setiap bulan Ramadan juga berjualan kue dan jus di Lampineung bersama kawan-kawan dan sepupunya. Tetapi kali ini ia berhenti karena membuat proposal KKN, selain itu ia juga sedang mengurus untuk opening usaha baru, jajanan ringan dengan brand ‘Martabak Sis’. “InsyaAllah opening dalam waktu dekat ini, doain ya,” katanya.
Terkadang jika ia merasa bosan di rumah, ia juga suka merangkai apa saja yang bisa dibuatnya dari bahan-bahan sederhana. Apakah itu membuat bros, gelang, dan anting. “Pokoknya apa yang bisa dilakukan semua Desy buat untuk hilangin suntuk,” katanya.
Merambah dunia bisnis, awalnya hanya sekedar iseng, tetapi jadi berkelanjutan karena sekarang sudah
kuliah. Kebutuhan sudah banyak dan semua itu memerlukan uang.
“Jadi pengen memenuhi kebutuhan dengan uang sendiri, dan Alhamdulillah juga bisa membantu meringankan beban orangtua,” katanya.
Baru-baru ini, saat ajang duta wisata Banda Aceh ia juga sempat mengikutinya dan termasuk dalam 15 besar. Ketika ditanya untuk mengikuti lagi tahun depan jawabannya tidak.
“Kalau untuk ikut lagi ajang Duta Wisata Banda Aceh kayaknya gak deh. Kemarin ikut cuma iseng, karena Desy memang tidak punya basic apapun, dan tidak belajar apapun juga, eh taunya masuk 15 besar, Alhamdulillah sebenarnya bisa sampai segitu tanpa persiapan apapun, “ ujarnya.
Ia mengakui untuk ke depannya tidak ingin mengikuti lagi. Desy ingin fokus pada bisnis dan kuliah karena sebentar lagi juga memasuki semester akhir dan bakal disibukkan dengan skripsi. Alumni SMA 4 Banda Aceh ini juga tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Kota Banda Aceh dan Ikatan Duta Wisata Banda Aceh. [zr]
[Tulisan ini sudah dimuat di www.portalsatu.com]
Selain aktif kuliah, Desy memanfaatkan teknologi yang berkembang di era sekarang ini untuk berbisnis dengan menjual tas dan pernak-pernik perempuan secara online, baik di kalangan kawan kampusnya maupun kawan tempat tinggalnya.
Anak dari pasangan Drs. Ampuh Devayan dengan Dra. Syamsiah ini juga suka membuat kerajinan tangan atau handmade seprti bros, gelang, kalung, gantungan kunci dan assesori lainnya. Terlebih ayahnya sekarang yang tidak bekerja lagi karena mengalami kelumpuhan.
“Tetapi sebelumnya beliau wartawan senior Serambi Indonesia. Sementara mama Desy seorang guru,” katanya.
Desy memang memiliki bakat membuat kerajinan tangan seperti ini sejak masa SMP. Awalnya ia membuat bros dari kertas binder bergambar kemudian dilaminating. “Itu niatnya pertama untuk ditempelkan di tas dan tidak niat untuk dijual, tetapi ramai yang minta beli ya udah deh dibuat untuk dijual,” kata anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Ia mengatakan hasil dari pembuatan bros tersebut bisa untuk nambah uang jajan. Karena sudah kebiasaan, hal ini berlanjut lagi saat menduduki bangku SMA dengan membuat kalung dan gelang. Harga hasil buatannya itu dijual sekitar Rp 7 ribu hingga Rp 25 ribu. Menurutnya ini harga yang cocok di kantong remaja dan mahasiswa.
Karena banyak peminat, hobinya membuat kerajinan tangan berlanjut sampai di bangku kuliah.
“Waktu kuliah masih berlanjut dengan bikin gelang dan bros handmade, tetapi sekarang sudah berhenti karena tidak ada waktu luang lagi. Jadi, sekarang cuma aktif di online shop jualan tas saja,” tutur mahasiswi yang suka membaca novel itu.
Dulu katanya, waktu buat handmade ia menerima orderan, setelah semuanya ready ia kabarkan dan terkadang juga diantar jika ada waktu luang. Namun tak jarang pemesannya tiba-tiba menghilang dan tidak bertanggung jawab.
“Untung aja barang yg dibuat itu laku ke orang lain walaupun butuh waktu lama. Jadinya sekarang Desy lebih milih jualan tas di Instagram aja, hasilnya lumayan dan tidak mengeluarkan modal yang besar, karena sistemnya transfer, dan manajemennya lebih tertata,” kata penyandang IPK 3,59 ini.
Penghasilan yang ia peroleh lumayan untuk menutupi uang jajan dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Selama sebulan keuntungan yang diperoleh naik turun tergantung gencar atau tidaknya Desy mempromosikan.
Selain membuat kerajian tangan seperti itu, rutinitas sehari-hari biasanya kuliah dan les. “Kebetulan bulan puasa sudah libur jadinya kalau di rumah paling urus orderan aja,” ujarnya.
Ia mengakui, biasanya setiap bulan Ramadan juga berjualan kue dan jus di Lampineung bersama kawan-kawan dan sepupunya. Tetapi kali ini ia berhenti karena membuat proposal KKN, selain itu ia juga sedang mengurus untuk opening usaha baru, jajanan ringan dengan brand ‘Martabak Sis’. “InsyaAllah opening dalam waktu dekat ini, doain ya,” katanya.
Terkadang jika ia merasa bosan di rumah, ia juga suka merangkai apa saja yang bisa dibuatnya dari bahan-bahan sederhana. Apakah itu membuat bros, gelang, dan anting. “Pokoknya apa yang bisa dilakukan semua Desy buat untuk hilangin suntuk,” katanya.
Merambah dunia bisnis, awalnya hanya sekedar iseng, tetapi jadi berkelanjutan karena sekarang sudah
kuliah. Kebutuhan sudah banyak dan semua itu memerlukan uang.
“Jadi pengen memenuhi kebutuhan dengan uang sendiri, dan Alhamdulillah juga bisa membantu meringankan beban orangtua,” katanya.
Baru-baru ini, saat ajang duta wisata Banda Aceh ia juga sempat mengikutinya dan termasuk dalam 15 besar. Ketika ditanya untuk mengikuti lagi tahun depan jawabannya tidak.
“Kalau untuk ikut lagi ajang Duta Wisata Banda Aceh kayaknya gak deh. Kemarin ikut cuma iseng, karena Desy memang tidak punya basic apapun, dan tidak belajar apapun juga, eh taunya masuk 15 besar, Alhamdulillah sebenarnya bisa sampai segitu tanpa persiapan apapun, “ ujarnya.
Ia mengakui untuk ke depannya tidak ingin mengikuti lagi. Desy ingin fokus pada bisnis dan kuliah karena sebentar lagi juga memasuki semester akhir dan bakal disibukkan dengan skripsi. Alumni SMA 4 Banda Aceh ini juga tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Kota Banda Aceh dan Ikatan Duta Wisata Banda Aceh. [zr]
[Tulisan ini sudah dimuat di www.portalsatu.com]
Komentar
Posting Komentar