Subhanallah, Remaja Aceh Ini Kuasai 18 Bahasa dan Penghafal Alquran
Predikat jenius rasanya masih kurang tepat untuk menggambarkan sosok
Muammar Ridwan, remaja bersahaja yang punya kemampuan linguistik sangat
luar biasa.
Bukan hanya fasih berkomunikasi dalam dua atau tiga bahasa saja, tapi Muammar mampu berkomunikasi dengan baik dalam 18 bahasa sekaligus. Luar biasa bukan? Siapa anak muda keren ini?
Muammar Ridwan lahir pada 25 April 1997 di Alue Bilie, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya. Di usianya yang belum genap 20 tahun, Muammar bisa dibilang teramat istimewa untuk anak-anak seumurnya.
Adapun bahasa asing yang dikuasainya adalah bahasa Arab, Inggris, Jepang, Mandarin, Korea dan Jerman. Ia juga menguasai bahasa Belanda, Swedia, Finlandia, Prancis, Italia, Spanyol, Portugis, Turki, Bulgaria, Rusia dan Thailand.
“Alhamdulillah lebih kurang segitulah, Kak,” katanya via telepon selularnya sore tadi, Rabu, 13 Mei 2015.
Bagaimana ia mempelajari semua bahasa itu? Menurut Muammar, ia mengasah kemampuannya di bidang bahasa dengan mengandalkan buku bacaan. Buku-buku itu ia beli dengan uang tabungan dari hasil memenangkan sejumlah lomba, ditambah uang pemberian orang tua.
“Saya awalnya tidak punya uang, jadi mengikuti perlombaan seperti MTQ, lomba bahasa Prancis dan Alhamdulillah menang. Nah uang dari situlah saya membeli buku,” kata putra pasangan Hasrul dan Rusmianin ini.
Ia sering membeli buku-buku tata bahasa dan kamus untuk memperkaya vocabulary-nya. Tak hanya pandai di bidang bahasa, Muammar yang baru saja tamat dari SMA Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB) Aceh Besar ini juga penghafal Alquran. Ia pernah memperoleh juara pertama saat ikut MTQ cabang fahmil Quran.
“Alhamdulillah baru di bawah 10 juz,” kata Muammar dengan sedikit malu-malu mengenai jumlah hafalan Alqurannya. Bukan apa-apa, ia hanya khawatir pahalanya menjadi berkurang jika terlalu diumbar-umbar.
Dalam belajar bahasa, anak ketiga dari lima bersaudara ini juga punya tantangan besar. “Tantangannya besar sekali kak, saya tidak punya teman berkomunikasi untuk praktek langsung, kadang-kadang saya dibilang orang gila sama kawan karena berbicara sendiri,” katanya. [zr]
*Tidak kebayang jika dia adalah adik aku :) Sungguh kebahagiaan yang tidak bisa kulukiskan dengan kata-kataa. Subhanallah.
[Tulisan ini sudah dimuat di www.portalsatu.com]
Bukan hanya fasih berkomunikasi dalam dua atau tiga bahasa saja, tapi Muammar mampu berkomunikasi dengan baik dalam 18 bahasa sekaligus. Luar biasa bukan? Siapa anak muda keren ini?
Muammar Ridwan lahir pada 25 April 1997 di Alue Bilie, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya. Di usianya yang belum genap 20 tahun, Muammar bisa dibilang teramat istimewa untuk anak-anak seumurnya.
Adapun bahasa asing yang dikuasainya adalah bahasa Arab, Inggris, Jepang, Mandarin, Korea dan Jerman. Ia juga menguasai bahasa Belanda, Swedia, Finlandia, Prancis, Italia, Spanyol, Portugis, Turki, Bulgaria, Rusia dan Thailand.
“Alhamdulillah lebih kurang segitulah, Kak,” katanya via telepon selularnya sore tadi, Rabu, 13 Mei 2015.
Bagaimana ia mempelajari semua bahasa itu? Menurut Muammar, ia mengasah kemampuannya di bidang bahasa dengan mengandalkan buku bacaan. Buku-buku itu ia beli dengan uang tabungan dari hasil memenangkan sejumlah lomba, ditambah uang pemberian orang tua.
“Saya awalnya tidak punya uang, jadi mengikuti perlombaan seperti MTQ, lomba bahasa Prancis dan Alhamdulillah menang. Nah uang dari situlah saya membeli buku,” kata putra pasangan Hasrul dan Rusmianin ini.
Ia sering membeli buku-buku tata bahasa dan kamus untuk memperkaya vocabulary-nya. Tak hanya pandai di bidang bahasa, Muammar yang baru saja tamat dari SMA Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB) Aceh Besar ini juga penghafal Alquran. Ia pernah memperoleh juara pertama saat ikut MTQ cabang fahmil Quran.
“Alhamdulillah baru di bawah 10 juz,” kata Muammar dengan sedikit malu-malu mengenai jumlah hafalan Alqurannya. Bukan apa-apa, ia hanya khawatir pahalanya menjadi berkurang jika terlalu diumbar-umbar.
Dalam belajar bahasa, anak ketiga dari lima bersaudara ini juga punya tantangan besar. “Tantangannya besar sekali kak, saya tidak punya teman berkomunikasi untuk praktek langsung, kadang-kadang saya dibilang orang gila sama kawan karena berbicara sendiri,” katanya. [zr]
*Tidak kebayang jika dia adalah adik aku :) Sungguh kebahagiaan yang tidak bisa kulukiskan dengan kata-kataa. Subhanallah.
[Tulisan ini sudah dimuat di www.portalsatu.com]
Komentar
Posting Komentar