Titik Temu di 2015

TAHUN 2015 terbilang salah satu tahun yang begitu bermakna bagi ku. Pada tahun ganjil itu aku memulai sesuatu hal yang hingga kini menjadi prioritas dalam hidupku. Iya, tahun itu, tahun aku menemukan passion dalam jati diri.

Hampir setahun, aku terlibat dalam ranah media dan salah dua media online di Aceh. Sebelumnya aku hanya penulis lepas (galak-galak droe), pengisi blog, mengelola web dan aktif di media lembaga atau organisasi.

Pada 2015, aku tidak banyak menghasilkan karya. Tahun itu, jika diibaratkan aku bagaikan bayi yang sedang belajar merangkak dan berjalan tertatih-tatih.

Namun seiring keberadaan ku disana ada perkembangan, aku mulai belajar. Belajar memahami berbagai karakter orang, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, belajar menjaga amarah, belajar memasuki dunia kerja yang jauh berbeda dengan dunia kampus, belajar turun ke lapangan yang selama ini hanya ditodong teori di bangku kuliah, berdamai dengan ego dan berani keluar dari zona nyaman aku sebelumnya.

Tahun itu pula, jendela cakrawala pikiranku terbuka lebar. Aku mulai mengetahui hal-hal baru dari lingkungan baru itu yang mungkin saja sudah basi pada orang lainnya. Namun itu lebih baik bagiku daripada sama sekali tidak tahu. Tak terkecuali dengan ragam jenis kepribadian dan latar belakang orang yang berbeda. Baik mulai dari pejabat hingga masyarakat biasa. Aku mulai berinteraksi dengan siapa saja, baik skala lokal, nasional dan internasional. Wah, ini benar-benar apresiasi sekali buat diriku sendiri. Zahra kamu luar biasa !

Aku salah satu orang yang bertahan ditempat kerjaku itu, meskipun banyak ku saksikan orang keluar masuk silih berganti. Mereka telah mengangkat bendera putih terlebih dulu dan hingga kini rekan yang sama masuk dengan ku ke perusahaan itu atau yang lebih duluan, semuanya gulung tikar. Yang barengan dengan ku hanya aku yang masih memiliki konsistensi disana, meskipun karena tuntutan pendidikan saat itu aku sempat off beberapa minggu.

Seiring dengan kinerjaku, aku mulai memperbaiki cara kerja dengan menerima saran dan masukan dari senior yang sudah lama berkubang di dunia jurnalistik. Jika dibandingkan dengan ku yang berlumpur di lapangan yang masih seumur toge. Wah, ini benar-benar wadah untuk mencetak kepribadian menjadi lebih baik dan mengasah  skill ku kedepan.

Aku terbilang beruntung saat itu ada yang merekomendasikan ku kesana. Meskipun saat itu aku bergabung sama perusahaan yang sudah tutup usia disaat sebulan aku berada disana dan aku direkom kembali ke perusahaan yang baru pada 23 Maret 2015 lalu.

Sejak saat itu pula, aku sering mengikuti kegiatan-kegiatan besar yang bertaraf lokal dan nasional. Ragam seminar luar biasa, kegiatan seremoni hingga kasus korupsi, kekerasan dan lain sebagainya aku ikuti. Benar-benar saya di press betul memahami segala lini kehidupan, segala bidang dan segala sudut pandang.

Alhamdulillah pada November 2015 aku satu-satunya jurnalis terpilih jadi perwakilan dari Aceh untuk mengikuti pelatihan serta kompetisi Investigasi di Jakarta yang dibuat oleh Perhimpunan Pengembanagn Media Nusantara (PPMN) yang bertarung dengan media lokal dan nasional dari sleuruh Indonesia. Meskipun aku tak menang, itu tak membuat aku patah semangat. Justru sepulang dari sana semangat begitu membakar dalam diri ku. Pun peluang dan kesempatan itu aku kantongi dari rekomendasi bos ku di perusahaan ku bekerja.

Di Jakarta, saat itu, aku memperoleh banyak ilmu dan pengalaman baru lagi. Terlebih aku satu-satunya dari Aceh dan pengalaman baru bergabung dengan ragam orang dari daerah yang berbeda di seluruh Indonesia, baik budaya maupun keyakinan. Pada saat itu pula aku terbilang beruntung lagi, pasalnya aku perdana naik pesawat. Maskapai yang aku tumpangi adalah Lion Air saat pergi dan pulang dengan Garuda Indonesia, free. Semua biaya transportasi dan akomodasi ditanggung penyelenggara kegiatan. Wah sangat bersyukur aku memperoleh peluang kecil dalam kesempatan yang tak datang kedua kali ini.

Selain itu, pada 2015 ini aku juga mencapai salah satu impianku yang selama ini terpajang awet di dinding kamar seolah menyapa ku setiap aku bangun pagi hingga aku tidur lagi. Sepeda motor baru. Ia aku sudah memperolehnya. Ini berkat kerja keras ku dan rajin daam menabung sejak aku menjadi mahasiswi. Banyak orang bertanya pada ku saat itu. "Ini kredit atau kontan?" Saya hanya membalasnya dengan senyuman, yang jelas saya bukan tipe orang yang suka diikuti, diingatin dan di cegah di tengah jalan hanya gara-gara membayar kredit suatu benda. Tidak, sama sekali itu bukan tipe ku. Jadi pertanyaan itu terjawab. 
***
Nah, pada 05 Februari 2016 mendatang tepat usia ku setahun disana, aku merasakan ini point yang aku peroleh di tahun 2015, pada tahun itulah titik temu dengan passion aku sebenarnya. Meskipun sebelumnya juga sempat melakoni beberapa bisnis dan bekerja paruh waktu, namun semua itu gulung ambal.

Memang bidang yang aku geluti sekarang ini sealur dengan konsentrasi ilmu yang sedang kuambil. Hanya saja saat itu aku masih bingung akan lebih spesifik kemana, karena hal yang ku pelajari di kampus secara umum. Itupun tergantung diri masing-masing mahasiswa ingin fokus kemana.

Saat liputan pada pemutaran Film anak Aceh
Kini, aku adalah jurnalis di Portalsatu.com. Hal itu terlihat resmi pada card yang tertenteng di leher ku saat berada di lapangan. Card yang bertuliskan Reporter dan nama lengkapku  itu telah membuat aku lolos kemana-mana. Sekalipun itu pertemuan penting para pejabat negara.

Untuk diketahui, aku juga masih tercatat sebagai salah satu mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Syiah Kuala, Aceh yang tidak lama lagi akan menyandang gelar sarjana. 

Itulah ceritaku di 2015. Banyak kawan baru, baik anak-anak, balita, batita, remaja, anak muda, dewasa, ibu-ibu, bapak-bapak dan masih banyak lainnya dari latar belakang yang berbeda dan beragam. Mereka adalah orang-orang hebat di era globalisasi masa kini.

Disaat itu pula, aku menjadi peliput, penulis, pewarta, pencari informasi, dan pembagi kepada publik yang bersentuhan dengan teknologi. Iya, kini aku adalah seorang jurnalis.

Namun, hal itu belum menjadikan aku puas, resolusi 2016 ini aku ingin menyelesaikan sarjanaku dan belajar lagi, lagi, dan lagi menjadi jurnalis yang bukan hanya konsumtif melainkan dituntut untuk kredibel, produktif, kreatif, dan inovatif. Semoga ! [zr]



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dekorasi Unik Pekan Kreatif Banda Aceh

Mengenal Dayah Gurah Peukan Bada

Masjid Jamik Unsyiah Kebanggaan Mahasiswa