Menikah, Cara Terindah dari Allah Membahagiakan Hamba-Nya
TERHITUNG sejak 30
November 2017 aku telah menyandang status sebagai istri. Bukan lagi masanya nongkrong
sama teman-teman seenaknya. Bukan lagi jadwal pergi pagi pulang sore. Bukan
lagi masa berleha-leha sepanjang hari dan bukan lagi masa “bebas” seperti
sebelumnya.
Sejak hari itu juga, aku
telah berikrar dengan seorang pria yang tak lama kukenal untuk mengikat sebuah
hubungan yang Mitsaqan Ghaliza yaitu
ikatan yang sangat kuat dengan pria yang telah berhasil mendapatkan segenap
hatiku. Lahir batin. Jiwa raga.
Sejak terdengar lafaz “sah”
dari para saksi pagi Kamis itu pula, detak jantungku berdebar kencang bak
gendang sedang ditabuh. Bahwa ini bukan mimpi. Kini aku telah berkhidmat
sebagai seorang istri. Masya Allah Walkhamdulillah.
Memutuskan menikah
diusia 24 tahun memang tergetku jauh-jauh hari. Aku hanya merasakan ini usia
matang untuk seorang gadis menerima pinangan salah seorang pria yang menurutku
sudah mencukupi syarat sebagai seorang suami.
Sebelumnya, aku tak
pernah bermimpi dan mengidolakan seorang pria kaya raya dan berpangkat tinggi
untuk menjadi calon imamku. Imam yang akan membimbingku dan mendampingiku kelak
hingga ke Jannah-Nya. Hanya saja hatiku yakin aku akan menikah dengan seorang
pria yang taat pada Allah dan Rasul-Nya, menghormati orangtua terutama ibunya
dan mengasihi anak-anak. Itu saja cukup.
Bagiku dan orang
beriman lainnya syarat menikah hanya lima, yaitu adanya Saksi, Calon Mempelai
Istri, Calon Mempelai Suami, Wali dan Akad. Dengan kelima syarat tersebut sudah
memenuhi syarat untuk nikah yang sah. Tanpa mobil mewah, lulusan pendidikan
yang berkelas atau pekerjaan yang bergengsi, apalagi melihat fisik semata. Itu
sama sekali bukan seleraku. Lain cerita saat aku bersamanya nanti, kami akan
menggapai itu bersama.
Sejak 10 Rabiul Awal
1439 H itulah kehidupanku berubah. Aku dan Dia memulai kehidupan baru. Mulai mengarungi
samudra dengan nahkoda yang telah kupercayai. Memiliki suami yang Lathif adalah impianku. Alhamdulillah
Allah mengabulkan pintaku selama ini. Dengan menikah, inilah salah satu cara
Allah membahagiakanku setelah melewati pahit getir kehidupan yang kujalani
selama ini. [zr]
Komentar
Posting Komentar